Jika Totok pernah menulis tentang iklan-iklan di dalam kereta di Jepang yang makin santun, maka saya pun sudah menemukan ‘padanan’-nya di Indonesia. Jangan dibandingkan dari medianya. Kita terang kalah jauh. Boro-boro punya display elektronik dalam kereta, neon box berisi informasi rute kereta saja sudah luluh lantak. Entah karena tumbukan kepala penumpang yang berjejal, entah memang ada sebagian penumpang yang melihatnya serupa sansak tinju yang memohon untuk dijotos.
Kita ingat lagi, kesantunan iklan di Jepang yang menempatkan kenyamanan penumpang di atas segalanya. Dari situlah lahir genre iklan bisu alias ‘nirswara’ (boleh kan istilah ini, Tok?). Terus terang untuk saya sendiri, suara iklan yang berulang-ulang memang bisa sangat memusingkan.
Beda di Jepang, beda di Indonesia. Anda perhatikan foto di atas (sekali lagi beribu maaf untuk kamera ponsel saya yang ‘tuna piksel’). Itu adalah foto billboard atau papan reklame sekaligus papan penunjuk Rumah Sakit Umum yang ada di daerah Jagakarsa yang tidak kalah sopan dengan iklan bisu di Jepang. Mengapa demikian?
Umumnya reklame, biasanya reklame perumahan, menulis dengan bombastis perihal letaknya yang relatif dekat dengan pusat kota seperti “Hanya 5 menit dari Segitiga Emas!”, “Enam menit ke Sudirman!”, “Bebas Banjir dan Macet!” dan lain-lain. Papan penunjuk Rumah Sakit Umum ini juga menuliskan prakiraan durasi waktu untuk mencapainya. Tetapi alih-alih meniru reklame bombastis yang lain, reklame ini menulis “Insya Allah 10 menit”. Maksudnya mungkin adalah kalau tidak ada lalu-lintas macet, kecelakaan, serta iring-iringan pejabat yang sering sangat mengesalkan, serta halangan lain, Anda diharapkan bisa mencapai RS tersebut dalam sepuluh menit.
Buat saya, ini terdengar lebih meyakinkan dan benar-benar bebas dari ‘janji-janji syurga’ reklame perumahan atau apartemen. Mungkin reklame-reklame seperti ini masuk ke dalam genre ‘billboard jujur’. Anyway, betul kan reklame Indonesia tidak kalah santun, Tok?
(mataponsel–image captured by Nokia 7610 with 1 MP built-in camera)
kalo mo ngantor saya ngelewatin atawa ngeliat papan itu, tapi baru ngeh kalo ada tulisan ‘insya allah 10 menit’ itu. jeli penglihatannya si om 🙂
Hehehe, soalnya di daerah situ kan biasanya lalu-lintas memelan. Jadi kalo iseng mata langusng deh cari-cari yang ‘aneh-aneh’. It’s only a matter of getting a bit more aware with your surroundings. Thanks for dropping by, Dan! Keep writing!
hehehe, menarik nih. ‘insya allah’ itu justru malah dipakai kalo manusia nggak yakin…